Jumat, 11 November 2011

Mengenal Hantu-hantu dalam Rumah Hantu Indonesia MOG Malang, Jawa Timur



Konsep rumah hantu memang serasa tidak ada habisnya. Setiap tahun selalu ditampilkan konsep yang berbeda dengan tujuan agar tidak membuat bosan penikmat hiburan mistis ini. Setelah Malang dihebohkan dengan kehadiran serombongan hantu yang mengguncang Matos, kali ini publik Malang kembali diguncang dengan kehadiran serombongan hantu yang siap mengguncang pengunjung MOG. Namun siapa sangka, jika untuk menjadi ‘hantu’ diperlukan audisi layaknya mencari bintang top ibukota?

Suasana mistis yang kental. Itulah yang ingin dibangun oleh koordinator Rumah Hantu Indonesia, Arie Sungkar. Benar saja, saat kali pertama Malang Post mengunjungi area pertunjukan yang terletak di lantai tiga MOG, bau tajam yang menyengat dari dupa yang dibakar langsung dapat tertangkap penciuman. Siapa saja yang melintas pasti akan merasakan bulu kuduk yang mulai meremang.
Tidak hanya itu, di meja tiket pun semangkuk bunga tujuh rupa segar sudah siap menyambut pengunjung yang berniat untuk menikmati pertunjukan Rumah Hantu Indonesia yang saat ini mengambil tema Ritual Arwah Penasaran.
Kepada Malang Post, Arie Sungkar mengatakan pihaknya ingin menampilkan sesuatu yang beda untuk pengunjung Rumah Hantu Indonesia. Atas dasar tekad itulah, tak heran jika laki-laki ini menampilkan sesuatu yang beda, termasuk para ‘hantunya’ yang tidak memanfaatkan boneka sebagai subyek, melainkan manusia sebagi pelakunya. ’’Kami menyebut mereka sebagai talent,’’ jelasnya.
Walau ‘hanya’ bertindak sebagai talent yang bertugas menakut-nakuti pengunjung dan membuat suasana seram dan mistis menjadi semakin kental, namun pemilihan mereka tidak dilakukan secara sembarangan. Pihak Rumah Hantu Indonesia tidak mau sembarangan dalam memilih talent mereka. ’’Kami berlakukan semacam audisi agar talent yang kami dapatkan bukan sembarang orang,’’ jelasnya saat ditemui di tempat pertunjukan.
Audisi yang dilakukan diberlakukan kepada semua talent yang berminat untuk menjadi pengisi pertunjukan. Audisi meliputi penjiwaan peran dan acting. ’’Pembawa peran harus benar-benar mampu membawakan perannya dengan baik,’’ tambahnya.
Ketika para talent dinyatakan diterima menjadi bagian dalam Rumah Hantu Indonesia, mereka akan mendapatkan semacam pelatihan untuk lebih mematangkan lakon. Mereka diberikan dasar-dasar peran yang harus mereka bawakan. ’’Awalnya kami hanya memberikan dasarnya saja, selanjutnya baru improvisasi talent,’’ imbuh laki-laki asal Jakarta ini.
Perjalanan para talent ini tidak berhenti sampai disini. Ketika mereka sudah menjadi talentpun, mereka masih harus menjalani satu test lagi. Aturan mainnya, pihak Arie akan melakukan pengamatan kepada para talent. Pengamatan meliputi penjiwaan dan acting hantu. Jika dirasa pas, maka talent akan bekerja sama dengan pihak event organizer selama pameran yang berjalan selama 43 hari. ’’Pengamatan yang kami lakukan selama satu hari,’’ jelasnya.
Para hantu ini memiliki kode etik, yakni mereka wajib menakuti pengunjung dengan suara-suara yang seram, boleh mengikuti pengunjung namun dilarang menyentuh pengunjung.
Penasaran ingin mencoba kehebatan akting dari para talent, Malang Post masuk ke dalam area pertunjukan yang sudah disulap bak rumah yang penuh hantu.
Benar saja, ketika menginjakkan kaki ke dalam ruangan yang sangat gelap itu, suara dan sound yang seram langsung meyergap pendengaran.
Suasana mistis semakin diperkuat dengan teriakan-teriakan melengking dari para talent. Tidak hanya itu, Malang Post sempat dikagetkan dengan suara benda berat yang dijatuhkan. Membuat jantung ini serasa meloncat.
Walaupun mengetahui bahwa itu hanya tipuan belaka, namun suasana seram tetap saja terasa. Masuk lebih dalam, ternyata Malang Post diikuti oleh beberapa ‘hantu’ perempuan dengan muka seram berdarah-darah, berambut putih dan awut-awutan, memakai daster dan baju putih panjang yang lusuh dan penuh bercakan darah. ’’Kamu akan mati, aku akan terus mengikutimu. Kamu mati,’’ seru seorang talent dengan suara berat dan seram seperti yang sering terdengar di film hantu.
Dengan cekatan, Arie yang saat itu menjadi guide Malang Post memperingatkan talent mereka untuk tidak berakting hantu. “Eh, biasa saja. Ini Malang Post,’’ kata Arie.
Secara otomatis suara mereka berubah menjadi suara perempuan muda dengan nada yang riang dan renyah.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Bluehost